Minggu, 15 Juli 2012

USAHA PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM BUDIDAYA PADI


Pertanian-Unej



USAHA PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM BUDIDAYA PADI


Diajukan sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas
Teknologi Inovasi Produksi Pertanian I







Disusun oleh :
Andi Satrio Ageng      (091519591942)
Redy Praharyanto       (091510501044)
Andriawan Maulana   (091510501078)


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2009/2010
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada budidaya tanaman faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) baik berupa hama dan mikroba penyebab penyakit (cendawan, bakteri, virus) sebagai perusak (secara fisik, kimiawi, dan biologik) maupun gulma sebagai kompetitor tanaman (persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, energi cahaya matahari, CO2, O2, ruang hidup) disertai zat allelopati yang dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah maupun mutu. Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan berupa hambatan pertumbuhan/perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu), kerusakan fatal sehingga gagal panen, bahkan kematian total tanaman.
Hama selalu muncul ketika kita menanam padi, baik sedikit maupun banyak, masih berada dibawah ambang kendali ataupun telah melebihi ambang kendali, belum mencapai ambang ekonomi maupun sudah merusak secara ekonomi. Hal tersebut sangat wajar, karena hama adalah makhluk hidup yang butuh makan dan berkembang biak. Maka ketika ada tempat yang sesuai dan tersedia banyak makanan, pasti hama datang menghampiri seperti pepatah ”ada gula pasti ada semut”, ada padi pasti ada wereng, ada walang sangit, ada ulat grayak, ada penggerek batang, dan ada hama-hama yang lainnya.
Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia. Tanaman hortikultura juga sangat mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman hortikultura itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman hortikultura akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain, yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar. Tanaman yang tumbuh di sekitar areal tanam/persawahan ini sangat mengganggu karena menjadi pesaing tanaman padi dalam memanfaatkan unsur hara, air, dan ruang. Selain berebut tiga hal tersebut, gulma sendiri menjadi tempat hidup dan bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air.

1.2  Tujuan
1.      Mengetahui organisme pengganggu tanaman padi.
2.      Mengetahui cara-cara perlindungan tanaman dalam aspek budidaya tanaman terhadap budidaya padi.
3.      Mengetahui inovasi dalam usaha perlindungan tanaman padi terhadap aspek budidayanya.

1.3  Manfaat
1.      Dapat mengetahui macam-macam organisme yang menjadi pengganggu dalam usaha budidaya tanaman padi.
2.      Dapat mengetahui cara-cara pengendalian dan perlindungan tanaman padi terhadap aspek budidayanya.
3.      Dapat mengetahui inovasi dalam usaha perlindungan tanaman padi terhadap aspek budidayanya.

1.4  Rumusan Masalah
1.      Apa saja organism yang menjadi pengganggu dalam usaha budidaya tanaman padi?
2.      Bagaimana cara-cara pengendalian dan perlindungan tanaman padi terhadap aspek budidayanya?
3.      Inovasi apa yang terdapat dalam usaha perlindungan tanaman padi terhadap aspek budidayanya?


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipu terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae). Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan duniaTanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Serangan hama tanaman padi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ekosistim dan sistim budidayanya.  Salah satu sistim budidaya tanaman padi adalah bagaimana pola tanamnya.  Pola tanam yang umum dilakukan pada ekosistim sawah tadah hujan adalah padi gogo rancah-padi walik jerami-palawija.   Persiapan lahan ditadah hujan, biasanya dilakukan  pada akhir musim kemarau atau saat hujan pertama turun.  Pola sebaran curah hujannya juga perlu dicermati, karena hal ini terkait dengan adanya gangguan biotik pada tanaman.  Gangguan biotik antara lain berupa hama, penyakit dan gulma.
Upaya untuk terus meningkatkan produksi padi dihadapkan oleh berbagai tantangan. Adanya konversi lahan subur menjadi lahan non pertanian gangguan kekeringan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), dan penurunan kualitas sumber daya lahan, menyebabkan penurunan produksi padi nasional sekiatar 6,5 persen pada tahun 1998. Sementara kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pendududuk. Sebagai akibat penurunan produksi padi tersebut, pemenuhan akan permintaan beras dipenuhi melalui import yang cenderung meningkat. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat, perlu diupayakan terobosan teknologi intensifikasi padi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan biaya per satuan produksi (Anonim, 2002 ).
Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan dasar, pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah adanya pergeseran strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down, dan bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan pembangunan pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang disebut pola pembangunan berkelanjutan (Salim, 1991).
Pada budidaya tanaman faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) baik berupa hama (insekta, tikus, burung jenis tertentu, dll) dan mikroba penyebab penyakit (cendawan, bakteri, virus) sebagai perusak (secara fisik, kimiawi, dan biologik) maupun gulma sebagai kompetitor tanaman (persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, energi cahaya matahari, CO2, O2, ruang hidup) disertai zat allelopati yang dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah maupun mutu. Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan berupa hambatan pertumbuhan/perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu), kerusakan fatal sehingga gagal panen (ledakan hama tikus di era enam puluhan dan hama wereng di era tahun tujuh puluhan pada tanaman padi) bahkan kematian total tanaman (ledakan hama kutu loncat pada lamtoro local di era tahun delapan puluhan).
Kejadian tersebut di atas minimal suatu ilustrasi tentang besarnya tingkat gangguan pada keseimbangan hayati di alam, sehingga populasi musuh alam (antara lain predator dan parasit) sudah tidak seimbang lagi dengan populasi hama-hama tersebut di atas. Kondisi tersebut dipicu terutama oleh penggunaan pestisida kimia murni yang tidak terkendali, sehingga pencemaran atmosfer akan menekan kehidupan musuh-musuh alami hama.

BAB 3. PEMBAHASAN
Serangan OPT tanaman padi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ekosistim dan sistem budidayanya.  Salah satu sistem budidaya tanaman padi adalah bagaimana pola tanamnya.  Melalui pendekatan model PTT (pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu) yaitu pendekatan sistem budidaya dengan menggunakan teknologi yang diintegrasikan dengan kondisi lingkungan setempat, diharapkan dapat menekan serangan OPT pada tanaman padi.  Berdasarkan ekosistimnya ada beberapa OPT yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman padi yaitu :
1. Hama
a. Hama pengganggu pada saat pertumbuhan vegetatif padi antara lain : lalat bibit dan penggerek batang.
b.  Hama yang menyerang pada saat pertumbuhan lanjut padi antara lain : hama penggerek batang, pemakan dan penggulung daun, wereng coklat dan wereng hijau sebagai penular penyakit tungro.
c.  Hama yang mengganggu tanaman yang sudah mulai keluar malainya antara lain : kepik hijau dan walang sangit.
d.         Hama yang mengganggu tanaman yang sudah akan dipanen antara lain : tikus dan burung.
e.  Pada musim kemarau, hama yang umumnya muncul adalah tikus, penggerek batang dan walang sangit. 
f.  Pada musim hujan, hama penyakit yang biasa timbul adalah tikus, wereng coklat, penggerek batang.  Sedangkan penyakit yang umumnya menyerang adalah tungro, blas hawar daun bakteri dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh cendawan.
2. Mikroorganisme penyebab penyakit
a.  Penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea
b.  Penyakit bercak dan coklat Helminthosporium oryzae
c.  Penyakit bercak daun bergaris Cercospora oryzae

3. Gulma
Gangguan biotik lain yang sering mengganggu adalah tanaman pengganggu atau gulma.  Persaingan tanaman dengan gulma berupa kompetisi dalam mendapatkan cahaya, air dan hara.  Bila gulma padat, tanaman pokok (padi) akan kurus karena kalah bersaing. 

Cara Pengendaliannya
Cara  pengendalian hama dan penyakit yang paling efektif dan efisien adalah dengan menanam vaietas yang tahan.  Penggunaan bahan kimiawi cukup efektif namun harus berhati-hati karena bisa mencemari lingkungan dan harga cukup mahal.  Teknologi alternatif pengendalian penyakit tanaman padi antara lain melalui peningkatan daya tahan tanaman (self defence) terhadap infeksi patogen, dengan memberikan unsure hara yang tepat, lengkap dan berimbang. Pemberian pupuk organic, N, P dan K yang berimbang, selain meningkatkan produksi juga menekan keparahan penyakit bercak daun Cercospora dan bercak coklat Helminthosporium oryzae. 
Pengendalian gulma antara lain dapat dilakukan dengan cara penyiangan sebagai berikut :   
a.  Penyiangan pertama kali dilakukan 10-15 hari setelah tumbuh atau menjelang pemupukan pertama.
b. Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-45 hari setelah tumbuh atau menjelang pemupukan urea susulan pertama.
Penyiangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan kored. Sebaiknya  ada atau tidaknya gulma, tanah tetap dikored atau didangir agar dapat memotong akar primer tanaman padi yang diharapkan akan merangsang pertumbuhan akar baru.  Selain itu penyiangan juga sebagai cara pembubunan tanaman dan dapat memotong saluran air (semacam pipa kapiler) yang dapat menyebabkan terjadinya penguapan air yang berlebihan dari dalam tanah. Dengan demikian penyiangan dengan kored dan dangir dapat mengurangi gulma sekaligus menjadi self mulching.                
Pengendalian hama secara bercocok tanam atau pengendalian agronomic bertujuan untuk mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan pembiakan hama sehingga dapat mengurangi laju peningkatan populasi dan peningkatan kerusakan tanaman. Kecuali itu pengelolaan lingkungan tanaman melalui teknik bercocok tanam ini juga ditujukan agar lingkungan tersebut dapat mendorong berfungsinya musuh alami secara efektif. Istilah pengendalian secara bercocok tanam atau dalam bahasa inggris cultural control sudah lama dikembangkan. Umumnya teknik bercocok tanam yang digunakan adalah teknik bertanam yang sudah ada dan kurang melihat perpaduannya dengan teknik lain seperti pemanfaatan musuh alami. Dalam rangka sistem PHT akhir-akhir ini teknik pengendalian secara bercocok tanam telah dikembangkan menjadi penghertian yang lebih luas yaitu pengelolaan ekologi. (Pedigo,1989).
Pengendalian secara bercocok tanam merupakan usaha pengendalian yang bersifat preventif yang dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan harapan agar populasi hama tidak meningkat sampai melebihi ambang pengendaliannya. Oleh karena itu, penerapan teknik ini perlu direncanakan jauh sebelumnya agar hasilnya memuaskan. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi hasil pengendalian teknik pengendalian secara bercocok tanam perlu dipadukan dengan teknik pengendalian hama lainnya sesuai dengan prinsip-prinsip PHT. Karena teknik pengendalian ini merupakan bagian teknik bercocok tanam yang umum untuk memperoleh produktivitas tinggi, petani tidak perlu mengeluarkan biaya khusus untuk pengendalian. Oleh karena itu, teknik pengendalian ini merupakan teknik pengendalian yang murah. Teknik pengendalian ini tidak mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan, dan mudah dikerjakan oleh petani baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
Pengelolaan ekosistem melalui usaha bercocok tanam yang bertujuan agar lingkungan tanaman kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan atau pertumbuhan OPT serta mendorong berfungsinya agen pengendali alami/hayati. Beberapa teknik bercocok tanam antara lain :
·         Penanaman varietas tahan
Penggunaan varietas tahan merupakan suatu pilihan yang sangat praktis dan ekonomis dalam mengendalikan OPT. Walaupun demikian, penggunaan varietas yang sama dalam waktu yang berulang-ulang dengan cara penanaman yang monokultur dalam areal yang relatif luas akan mendorong terjadinya ras atau biotipe baru dari OPT tersebut. Varietas padi yang digunakan adalah Varietas Unggul Baru (VUB) yang sudah dilepas,  berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta sesuai dengan keinginan petani.  Beberapa jenis varietas padi unggul misalnya VUB Ciherang, Tukad Petanu, Tukad Balian dan Tukad Unda.  Sedangkan varietas tahan untuk hama wereng dan beberapa penyakit tertentu, perlu menggunakan varietas yang tahan seperti varietas Cisadane, Cisokan, Ciliwung, dll.
·         Penanaman benih sehat
Sebelum menyemai padi, usahakan ketahui daya kecambah benih, sebab daya kecambah benih yang jelek jelas akan menurunkan produksi. Daya kecambah benih yang rendah menunjukkan tidak optimalnya energi yang dimiliki oleh benih tersebut sehingga daya tahan terhadap serangan hama juga rendah yang berdampak pada tingginya inetnsitas serangan hama.
Benih disemai, jangan sampai benih bertumpuk. Untuk itu dibutuhkan lahan persemaian yang agak luas. Untuk luasan 1 ha, lahan persemaian yang diperlukan minimal 500 m2. Bila benih bertumpuk berakibat pada tingginya kompetisi untuk memperebutkan unsur hara sehingga pertumbuhan bibit tidak maksimal. Bibit yang tumbuh berdesakan juga membuat susasana diantara tanaman menjadi lembab karena tidak lancarnya sirkulasi udara dan sinar matahari pun sulit menembus sela-sela tanaman. Suasana yang lembab sangat disenangi oleh hama, sehingga hama akan cepat sekali berkembang biak. Pemberian pupuk dipersemaian juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan bibit, sehingga bibit menjadi sehat dan kuat serta lebih tahan terhadap serangan hama. Selain itu pada saat pembibitan benih, usahakan menggunakan benih yang sehat atau tidak terkontaminasi jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada saat tanaman padi tumbuh menjadi dewasa.
·         Pergiliran tanaman dan pergiliran varietas
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi OPT dalam ambang yang tidak membahayakan atau juga bisa memutus siklus hidup dari OPT. Contoh : padi-tebu-kedelai, padi-tembakau-padi. Ataupun dengan pergiliran varietas misalnya ciherang-silugonggo-dodokan. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis OPT tertentu pula, karena biasanya jenis OPT itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
·         Sanitasi
Kebersihan sawah dan lingkungan sekitar sawah penting untuk diperhatikan, agar tikus tidak bersarang disana. Rumput, perdu, maupun belukar di sekitar sawah atau sungai dekat sawah perlu dibersihkan untuk mencegah digunakan sebagai tempat berlindung tikus sebelum melakukan invasi di sawah. Menjelang panen, populasi tikus meningkat dan mereka bersembunyi di sekitar sawah, maka tanah yang tidak ditanami akan tidak disukai mereka apabila di genangi air.
Penyiangan runmput/gulma secara rutin akan memberikan dampak nyata dalam pertumbuhan dan perkembangan padi. Gulma yang dibiarkan hidup diantara tanaman padi dapat mengeluarkan zat allelopati dan merebut unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman menjadi tidak sehat dan rentan terhadap serangan hama. Gulma juga dapat menjadi inang dari patogen.
·         Menghilangkan tanaman yang rusak
Tanaman yang terkena serangan hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya. Hal ini guna mengurangi dampak yang lebih besar jika tanaman yang terkena serangan tersebut terus dibiarkan hidup, misalnya saja tanaman tersebut terkena penyakit maka jika dibiarkan akan menyebabkan penularan yang cepat terhadap tanaman-tanaman yang lainnya sehingga bisa menurunkan produksi atau dapat juga terjadi gagal panen.
·         Tanam serentak dan pengaturan saat tanam
Penanaman serempak tidak harus bersamaan waktunya, jarak antara tanam awal dan akhir maksimal 10 hari. Dengan demikian diharapkan pada hamparan awah yang luas kondisi pertumbuhan tanaman relatif seragam. Apabila varietas yang ditanam petani berbeda, maka varietas padi yang berumur panjang sebaiknya ditanam lebih dahulu, sehingga minimal dapat mencapai panen yang serempak.
Apabila penanaman serempak, maka puncak populasi tikus yang padat menjadi singkat, yaitu ketika masa generatif dan pakan tersedia, pada saat itu tikus sudah menempati areal persawahan. Padat populasi mulai turun pada 6-7 minggu setelah panen, tikus mulai meninggalkan sawah dan kembali ke tempat persembunyiannya. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan tikus, dan sangat berlainan apabila penanaman padi tidak serempak yang memberi peluang tikus untuk lama tinggal di persawahan karena pakan tersedia.
·         Penanaman tanaman perangkap/penolak
Pengendalian hama pada saat fase generatif yaitu serangan hama penggerek batang (beluk), walang sangit dan hama lainnya, yaitu menggunakan tumbuhan liar ribu-ribu yang aplikasinya dengan cara menaburkan daun ribu-ribu tersebut pada lahan pertanaman padi pada saat fase bunting. Melalui cara tersebut hama penggerek batang dan khususnya walang sangit dapat dihindari, karena pengaruh bau yang ditimbulkan dari daun gulma ribu-ribu yang terendam air tersebut mengeluarkan bau yang dapat mempengaruhi dari kunjungan hama-hama tersebut. Dengan demikian gulma atau tumbuhan liar tersebut mempunyai daya penolak terhadap hama pengrerek dan walang sangit.
·         Penanaman tumpang sari
Tumpang sari dapat mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya. Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama. Misalnya: Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain pada hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak hamparan tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman yang lebih muda dan belum dipanen. Penanaman secara tumpangsari itu dilakukan disela-sela tanaman padi, atau memisahkan beberapa meter lahan padi. Kalau untuk kacang hijau atau kacang kedelai ditanam ditanggul-tanggul sawah. Dengan demikian  lahan yang tidak luas, namun bisa dimanfaatkan untuk menanam berbagai tanaman.
·         Pengelolaan tanah dan air
Air sangat penting didalam budidaya padi. Pengaturan air secara intermitten membantu tanaman padi lebih kokoh dan mengefesienkan penggunaan air. Air adalah penyimpan panas. Bila ada air, periode embun menjadi lebih lama. Pengembunan (kondensasi) terjadi bila perubahan suhu tanah dari panas menjadi dingin, dan air menjaga suhu tanah tetap stabil. Pada saat tanam, uasahakan air didalam petak sawah macak-macak, ini membantu mengurangi terjadinya serangan keong emas.
Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna dengan menggunakan traktor, yaitu bajak satu kali kemudian digaru dan diratakan. Pengolahan tanah diusahakan sampai berlumpur dan rata yang dimaksudkan untuk menyediakan media pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi sekaligus mengendalikan/mematikan gulma. Pengolahan tanah yang sempurna dicirikan oleh perbandingan lumpur dan air 1 : 1. 
·         Pemupukan berimbang sesuai rekomendasi
Pemberian pupuk organic, N, P dan K yang berimbang, selain meningkatkan produksi juga menekan keparahan penyakit bercak daun Cercospora dan bercak coklat Helminthosporium oryzae. Pemberian pupuk yang berimbang akan membuat tanaman sehat sehingga tahan terhadap serangan hama. Penggunaan pupuk yang berlebihan bukan membuat bagus pertumbuhan, tetapi malah membuat sistem ketahanan tubuh tanaman menjadi lemah dan akibatnya akan sangat rentan terhadap serangan hama. Seperti manusia yang berlebihan makan akan membuat tubuh lemah. Meskipun kelihatan gemuk dan subur bukan berarti tubuhnya sehat, tetapi malah tubuh menjadi berat, sulit untuk bergerak dan akibatnya penyakitpun akan datang menyerang.
Selain adanya pengendalian seperti yang diuraikan di atas ada juga beberapa inovasi yang telah berkembang dalam usaha perlindungan tanaman khususnya pada aspek budidaya pada tanaman padi, yaitu :
1.      Pengggunaan jaring
Penggunaan jaring ini berfungsi untuk mengantisipasi adanya serangan hama pada tanaman padi saat pembibitan. Jaring ini dipasang dengan menutupi seluruh bibit tanaman padi. Penggunaan jaring ini dapat juga digunakan untuk tanaman padi yang sudah dewasa, akan tetapi apabila digunakan untuk tanaman padi yang sudah dewasa kurang efektif dalam budidayanya sehingga dapat mempengaruhi produksinya.
2.      Jarak tanam jajar legowo
Suatu bentuk cara tanam atau sistem tanam yang sudah diatur, atau dengan kata lain cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya.Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Menggunakan jarak tanam lebar dan sistem legowo 2 : 1 membuat tanaman dapat memanfaatkan sinar matahari lebih efektif dan mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi yang pada gilirannya dapat mencegah hama berkembang biak.
3.      Penggunaan pagar plastic dengan perangkap tikus
Periode persemaian. Pada daerah endemik tikus, persemaian padi agar dilindungi pagar pelastik dan dipasang dua bubu perangkap untuk persemaian berukuran 10 m x 10 m. Pada musim kemarau disarankan dipasang bubu perangkap (Trap Barrier System = TBS) ukuran 15 m x 15 m untuk setiap 15 ha ditetapkan di dekat habitat utama tikus dan dilakukan pengambilan tangkapan tikus setiap hari sampai panen.
 




1 komentar:

  1. Assalamualaqumm. . Pengen nanya ni gan. . Kalau penjelasan praktek mengenai perlindungan tanaman yg baik dan benar gimana untk semua tanaman seperti yg dijelaskan diatas apa ada cara yg lain, kalau ada mohon penjelasanya Wasalamm. . .

    BalasHapus