USAHA PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM
BUDIDAYA PADI
Diajukan
sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas
Teknologi
Inovasi Produksi Pertanian I
Disusun oleh
:
Andi Satrio
Ageng (091519591942)
Redy
Praharyanto (091510501044)
Andriawan
Maulana (091510501078)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2009/2010
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada budidaya tanaman faktor organisme pengganggu tanaman
(OPT) baik berupa hama dan mikroba penyebab penyakit (cendawan, bakteri, virus)
sebagai perusak (secara fisik, kimiawi, dan biologik) maupun gulma sebagai
kompetitor tanaman (persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, energi cahaya
matahari, CO2, O2, ruang hidup) disertai zat allelopati
yang dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah maupun
mutu. Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan berupa
hambatan pertumbuhan/perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu), kerusakan
fatal sehingga gagal panen, bahkan kematian total tanaman.
Hama selalu muncul ketika kita menanam padi, baik sedikit
maupun banyak, masih berada dibawah ambang kendali ataupun telah melebihi
ambang kendali, belum mencapai ambang ekonomi maupun sudah merusak secara ekonomi.
Hal tersebut sangat wajar, karena hama adalah makhluk hidup yang butuh makan
dan berkembang biak. Maka ketika ada tempat yang sesuai dan tersedia banyak
makanan, pasti hama datang menghampiri seperti pepatah ”ada gula pasti ada
semut”, ada padi pasti ada wereng, ada walang sangit, ada ulat grayak, ada
penggerek batang, dan ada hama-hama yang lainnya.
Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi,
tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek
pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman
budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda
4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena
gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.
Tanaman hortikultura juga sangat mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu
masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan
besar usaha tanaman hortikultura itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang
tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman hortikultura akan memperlambat
pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi
daripada yang lain, yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Tanaman yang tumbuh di sekitar areal tanam/persawahan ini sangat mengganggu karena menjadi pesaing
tanaman padi dalam memanfaatkan unsur hara, air, dan ruang. Selain berebut tiga
hal tersebut, gulma sendiri menjadi tempat hidup dan bernaung hama dan penyakit
tanaman, serta menyumbat saluran air.
1.2
Tujuan
1.
Mengetahui organisme pengganggu tanaman padi.
2.
Mengetahui cara-cara perlindungan tanaman dalam aspek
budidaya tanaman terhadap budidaya padi.
3.
Mengetahui inovasi dalam usaha perlindungan tanaman padi
terhadap aspek budidayanya.
1.3
Manfaat
1.
Dapat mengetahui macam-macam organisme yang menjadi
pengganggu dalam usaha budidaya tanaman padi.
2.
Dapat mengetahui cara-cara pengendalian dan perlindungan
tanaman padi terhadap aspek budidayanya.
3.
Dapat mengetahui inovasi dalam usaha perlindungan tanaman
padi terhadap aspek budidayanya.
1.4
Rumusan Masalah
1.
Apa saja organism yang menjadi pengganggu dalam usaha
budidaya tanaman padi?
2.
Bagaimana cara-cara pengendalian dan perlindungan tanaman
padi terhadap aspek budidayanya?
3.
Inovasi apa yang terdapat dalam usaha perlindungan tanaman
padi terhadap aspek budidayanya?
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipu terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi
juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama,
yang biasa disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama
bagi mayoritas penduduk dunia. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae). Terna semusim,
berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari
rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah
tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun
sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk,
tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu
spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan
bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup
oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang.
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam
bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap
tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis
gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika
Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %,
hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang
sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga
mempengaruhi persediaan pangan duniaTanaman perkebunan juga mudah terpengaruh
oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan
sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi
total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman
perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma
lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica),
yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Serangan hama tanaman padi sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain ekosistim dan sistim budidayanya. Salah satu sistim
budidaya tanaman padi adalah bagaimana pola tanamnya. Pola tanam yang
umum dilakukan pada ekosistim sawah tadah hujan adalah padi gogo rancah-padi
walik jerami-palawija. Persiapan lahan ditadah hujan, biasanya
dilakukan pada akhir musim kemarau atau saat hujan pertama turun.
Pola sebaran curah hujannya juga perlu dicermati, karena hal ini terkait dengan
adanya gangguan biotik pada tanaman. Gangguan biotik antara lain berupa
hama, penyakit dan gulma.
Upaya untuk terus meningkatkan produksi
padi dihadapkan oleh berbagai tantangan. Adanya konversi lahan subur menjadi
lahan non pertanian gangguan kekeringan, serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT), dan penurunan kualitas sumber daya lahan, menyebabkan penurunan produksi
padi nasional sekiatar 6,5 persen pada tahun 1998. Sementara kebutuhan akan
bahan pangan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pendududuk.
Sebagai akibat penurunan produksi padi tersebut, pemenuhan akan permintaan
beras dipenuhi melalui import yang cenderung meningkat. Oleh karena itu guna
memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat, perlu diupayakan terobosan
teknologi intensifikasi padi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman dan
biaya per satuan produksi (Anonim, 2002 ).
Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara
pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi
dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan
berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan
paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi
terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan
penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara
konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi,
kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan
berlebihan.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted
Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka
tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi,
menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang
berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah
satu pertimbangan dasar, pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah
adanya pergeseran strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down,
dan bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan
pembangunan pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang
disebut pola pembangunan berkelanjutan (Salim, 1991).
Pada budidaya tanaman faktor organisme
pengganggu tanaman (OPT) baik berupa hama (insekta, tikus, burung jenis
tertentu, dll) dan mikroba penyebab penyakit (cendawan, bakteri, virus) sebagai
perusak (secara fisik, kimiawi, dan biologik) maupun gulma sebagai kompetitor
tanaman (persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, energi cahaya matahari,
CO2, O2, ruang hidup) disertai zat allelopati yang
dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah maupun mutu.
Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan berupa hambatan
pertumbuhan/perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu), kerusakan fatal
sehingga gagal panen (ledakan hama tikus di era enam puluhan dan hama wereng di
era tahun tujuh puluhan pada tanaman padi) bahkan kematian total tanaman
(ledakan hama kutu loncat pada lamtoro local di era tahun delapan puluhan).
Kejadian tersebut di atas minimal suatu
ilustrasi tentang besarnya tingkat gangguan pada keseimbangan hayati di alam,
sehingga populasi musuh alam (antara lain predator dan parasit) sudah tidak
seimbang lagi dengan populasi hama-hama tersebut di atas. Kondisi tersebut
dipicu terutama oleh penggunaan pestisida kimia murni yang tidak terkendali,
sehingga pencemaran atmosfer akan menekan kehidupan musuh-musuh alami hama.
BAB 3.
PEMBAHASAN
Serangan OPT tanaman padi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ekosistim dan sistem budidayanya. Salah
satu sistem
budidaya tanaman padi adalah bagaimana pola tanamnya. Melalui pendekatan model PTT (pengelolaan tanaman dan
sumberdaya terpadu) yaitu pendekatan sistem budidaya dengan
menggunakan teknologi yang diintegrasikan dengan kondisi lingkungan setempat,
diharapkan dapat menekan serangan OPT pada
tanaman padi. Berdasarkan ekosistimnya ada beberapa OPT yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman padi yaitu :
1. Hama
a. Hama pengganggu
pada saat pertumbuhan vegetatif padi antara lain : lalat
bibit dan penggerek batang.
b. Hama yang menyerang
pada saat pertumbuhan lanjut padi antara lain : hama penggerek batang, pemakan
dan penggulung daun, wereng coklat dan wereng hijau sebagai
penular penyakit tungro.
c. Hama yang mengganggu
tanaman yang sudah mulai keluar malainya antara lain :
kepik hijau dan walang sangit.
d. Hama yang mengganggu
tanaman yang sudah akan dipanen antara lain : tikus dan burung.
e. Pada musim kemarau,
hama yang umumnya muncul adalah tikus, penggerek batang dan walang
sangit.
f. Pada
musim hujan, hama penyakit yang biasa timbul adalah tikus, wereng coklat,
penggerek batang. Sedangkan penyakit yang umumnya menyerang adalah
tungro, blas hawar daun bakteri dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh
cendawan.
2.
Mikroorganisme penyebab penyakit
a. Penyakit
blas yang disebabkan oleh jamur
Pyricularia grisea
b. Penyakit
bercak dan coklat Helminthosporium oryzae
c. Penyakit
bercak daun bergaris Cercospora oryzae
3. Gulma
Gangguan biotik lain
yang sering mengganggu adalah tanaman pengganggu atau gulma. Persaingan
tanaman dengan gulma berupa kompetisi dalam mendapatkan cahaya, air dan
hara. Bila gulma padat, tanaman pokok (padi) akan kurus karena kalah
bersaing.
Cara Pengendaliannya
Cara
pengendalian hama dan penyakit yang paling efektif dan efisien adalah dengan
menanam vaietas yang tahan. Penggunaan bahan kimiawi cukup efektif namun
harus berhati-hati karena bisa mencemari lingkungan dan harga cukup
mahal. Teknologi alternatif pengendalian penyakit tanaman padi antara
lain melalui peningkatan daya tahan tanaman (self defence) terhadap
infeksi patogen, dengan memberikan unsure hara yang tepat, lengkap dan
berimbang. Pemberian pupuk organic, N, P dan K
yang berimbang, selain meningkatkan produksi juga menekan keparahan penyakit
bercak daun Cercospora dan bercak coklat Helminthosporium oryzae.
Pengendalian gulma
antara lain dapat dilakukan dengan cara penyiangan sebagai berikut :
a. Penyiangan
pertama kali dilakukan 10-15 hari setelah tumbuh atau menjelang pemupukan
pertama.
b. Penyiangan kedua
dilakukan pada umur 30-45 hari setelah tumbuh atau menjelang pemupukan urea
susulan pertama.
Penyiangan sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan kored. Sebaiknya ada atau tidaknya gulma,
tanah tetap dikored atau didangir agar dapat memotong akar primer tanaman padi
yang diharapkan akan merangsang pertumbuhan akar baru. Selain itu
penyiangan juga sebagai cara pembubunan tanaman dan dapat memotong saluran air
(semacam pipa kapiler) yang dapat menyebabkan terjadinya penguapan air yang
berlebihan dari dalam tanah. Dengan demikian penyiangan dengan kored dan dangir
dapat mengurangi gulma sekaligus menjadi self mulching.
Pengendalian hama
secara bercocok tanam atau pengendalian agronomic bertujuan untuk mengelola
lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut menjadi kurang
cocok bagi kehidupan dan pembiakan hama sehingga dapat mengurangi laju
peningkatan populasi dan peningkatan kerusakan tanaman. Kecuali itu pengelolaan
lingkungan tanaman melalui teknik bercocok tanam ini juga ditujukan agar
lingkungan tersebut dapat mendorong berfungsinya musuh alami secara efektif.
Istilah pengendalian secara bercocok tanam atau dalam bahasa inggris cultural
control sudah lama dikembangkan. Umumnya teknik bercocok tanam yang digunakan
adalah teknik bertanam yang sudah ada dan kurang melihat perpaduannya dengan
teknik lain seperti pemanfaatan musuh alami. Dalam rangka sistem PHT
akhir-akhir ini teknik pengendalian secara bercocok tanam telah dikembangkan
menjadi penghertian yang lebih luas yaitu pengelolaan ekologi. (Pedigo,1989).
Pengendalian
secara bercocok tanam merupakan usaha pengendalian yang bersifat preventif yang
dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan harapan agar populasi hama tidak
meningkat sampai melebihi ambang pengendaliannya. Oleh karena itu, penerapan
teknik ini perlu direncanakan jauh sebelumnya agar hasilnya memuaskan. Untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi hasil pengendalian teknik pengendalian
secara bercocok tanam perlu dipadukan dengan teknik pengendalian hama lainnya
sesuai dengan prinsip-prinsip PHT. Karena teknik pengendalian ini merupakan
bagian teknik bercocok tanam yang umum untuk memperoleh produktivitas tinggi,
petani tidak perlu mengeluarkan biaya khusus untuk pengendalian. Oleh karena
itu, teknik pengendalian ini merupakan teknik pengendalian yang murah. Teknik
pengendalian ini tidak mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan, dan mudah
dikerjakan oleh petani baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
Pengelolaan
ekosistem melalui usaha bercocok tanam yang bertujuan agar lingkungan tanaman
kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan atau pertumbuhan OPT serta
mendorong berfungsinya agen pengendali alami/hayati. Beberapa teknik bercocok
tanam antara lain :
·
Penanaman varietas tahan
Penggunaan
varietas tahan merupakan suatu pilihan yang sangat praktis dan ekonomis dalam
mengendalikan OPT. Walaupun demikian, penggunaan varietas yang sama dalam waktu
yang berulang-ulang dengan cara penanaman yang monokultur dalam areal yang
relatif luas akan mendorong terjadinya ras atau biotipe baru dari OPT tersebut.
Varietas padi yang digunakan adalah Varietas Unggul Baru
(VUB) yang sudah dilepas, berdaya hasil
tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta sesuai dengan keinginan
petani. Beberapa jenis varietas padi
unggul misalnya VUB Ciherang,
Tukad Petanu, Tukad Balian dan Tukad Unda.
Sedangkan varietas tahan untuk hama wereng dan beberapa penyakit tertentu, perlu
menggunakan varietas yang tahan seperti varietas Cisadane, Cisokan, Ciliwung,
dll.
·
Penanaman benih sehat
Sebelum menyemai padi, usahakan ketahui daya kecambah benih,
sebab daya kecambah benih yang jelek jelas akan menurunkan produksi. Daya
kecambah benih yang rendah menunjukkan tidak optimalnya energi yang dimiliki
oleh benih tersebut sehingga daya tahan terhadap serangan hama juga rendah yang
berdampak pada tingginya inetnsitas serangan hama.
Benih disemai, jangan sampai benih bertumpuk. Untuk itu dibutuhkan lahan persemaian yang agak luas. Untuk luasan 1 ha, lahan persemaian yang diperlukan minimal 500 m2. Bila benih bertumpuk berakibat pada tingginya kompetisi untuk memperebutkan unsur hara sehingga pertumbuhan bibit tidak maksimal. Bibit yang tumbuh berdesakan juga membuat susasana diantara tanaman menjadi lembab karena tidak lancarnya sirkulasi udara dan sinar matahari pun sulit menembus sela-sela tanaman. Suasana yang lembab sangat disenangi oleh hama, sehingga hama akan cepat sekali berkembang biak. Pemberian pupuk dipersemaian juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan bibit, sehingga bibit menjadi sehat dan kuat serta lebih tahan terhadap serangan hama. Selain itu pada saat pembibitan benih, usahakan menggunakan benih yang sehat atau tidak terkontaminasi jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada saat tanaman padi tumbuh menjadi dewasa.
Benih disemai, jangan sampai benih bertumpuk. Untuk itu dibutuhkan lahan persemaian yang agak luas. Untuk luasan 1 ha, lahan persemaian yang diperlukan minimal 500 m2. Bila benih bertumpuk berakibat pada tingginya kompetisi untuk memperebutkan unsur hara sehingga pertumbuhan bibit tidak maksimal. Bibit yang tumbuh berdesakan juga membuat susasana diantara tanaman menjadi lembab karena tidak lancarnya sirkulasi udara dan sinar matahari pun sulit menembus sela-sela tanaman. Suasana yang lembab sangat disenangi oleh hama, sehingga hama akan cepat sekali berkembang biak. Pemberian pupuk dipersemaian juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan bibit, sehingga bibit menjadi sehat dan kuat serta lebih tahan terhadap serangan hama. Selain itu pada saat pembibitan benih, usahakan menggunakan benih yang sehat atau tidak terkontaminasi jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada saat tanaman padi tumbuh menjadi dewasa.
·
Pergiliran tanaman dan pergiliran
varietas
Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan
populasi OPT dalam ambang yang tidak membahayakan atau juga bisa memutus siklus
hidup dari OPT. Contoh : padi-tebu-kedelai, padi-tembakau-padi. Ataupun dengan
pergiliran varietas misalnya ciherang-silugonggo-dodokan. Tanaman tertentu
biasanya mempunyai jenis OPT tertentu pula, karena biasanya jenis OPT itu dapat
hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai
contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan
mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman
cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria
vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat
akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya.
·
Sanitasi
Kebersihan sawah
dan lingkungan sekitar sawah penting untuk diperhatikan, agar tikus tidak
bersarang disana. Rumput, perdu, maupun belukar di sekitar sawah atau sungai
dekat sawah perlu dibersihkan untuk mencegah digunakan sebagai tempat
berlindung tikus sebelum melakukan invasi di sawah. Menjelang panen, populasi
tikus meningkat dan mereka bersembunyi di sekitar sawah, maka tanah yang tidak
ditanami akan tidak disukai mereka apabila di genangi air.
Penyiangan runmput/gulma secara rutin akan memberikan dampak
nyata dalam pertumbuhan dan perkembangan padi. Gulma yang dibiarkan hidup
diantara tanaman padi dapat mengeluarkan zat allelopati dan merebut unsur hara
yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman menjadi tidak sehat dan rentan
terhadap serangan hama. Gulma juga dapat menjadi inang dari patogen.
·
Menghilangkan tanaman yang rusak
Tanaman yang terkena
serangan hama maupun patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya. Hal ini guna
mengurangi dampak yang lebih besar jika tanaman yang terkena serangan tersebut
terus dibiarkan hidup, misalnya saja tanaman tersebut terkena penyakit maka
jika dibiarkan akan menyebabkan penularan yang cepat terhadap tanaman-tanaman
yang lainnya sehingga bisa menurunkan produksi atau dapat juga terjadi gagal
panen.
·
Tanam serentak dan pengaturan saat
tanam
Penanaman serempak tidak harus bersamaan waktunya, jarak
antara tanam awal dan akhir maksimal 10 hari. Dengan demikian diharapkan pada
hamparan awah yang luas kondisi pertumbuhan tanaman relatif seragam. Apabila
varietas yang ditanam petani berbeda, maka varietas padi yang berumur panjang
sebaiknya ditanam lebih dahulu, sehingga minimal dapat mencapai panen yang
serempak.
Apabila penanaman serempak, maka puncak populasi tikus yang
padat menjadi singkat, yaitu ketika masa generatif dan pakan tersedia, pada
saat itu tikus sudah menempati areal persawahan. Padat populasi mulai turun
pada 6-7 minggu setelah panen, tikus mulai meninggalkan sawah dan kembali ke
tempat persembunyiannya. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi perkembangan
tikus, dan sangat berlainan apabila penanaman padi tidak serempak yang memberi
peluang tikus untuk lama tinggal di persawahan karena pakan tersedia.
·
Penanaman tanaman perangkap/penolak
Pengendalian hama
pada saat fase generatif yaitu serangan hama penggerek batang (beluk), walang
sangit dan hama lainnya, yaitu menggunakan tumbuhan liar ribu-ribu yang
aplikasinya dengan cara menaburkan daun ribu-ribu tersebut pada lahan pertanaman
padi pada saat fase bunting. Melalui cara tersebut hama penggerek batang dan
khususnya walang sangit dapat dihindari, karena pengaruh bau yang ditimbulkan
dari daun gulma ribu-ribu yang terendam air tersebut mengeluarkan bau yang
dapat mempengaruhi dari kunjungan hama-hama tersebut. Dengan demikian gulma
atau tumbuhan liar tersebut mempunyai daya penolak terhadap hama pengrerek dan
walang sangit.
·
Penanaman tumpang sari
Tumpang sari dapat
mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya.
Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama. Misalnya: Panen dilakukan secara bertahap dari
satu lajur atau setrip ke lajur yang lain pada hari berikutnya. Diharapkan
populasi hama tidak keluar dari petak hamparan tetapi pindah dari bagian yang
telah dipanen ke bagian pertanaman yang lebih muda dan belum dipanen. Penanaman secara
tumpangsari itu dilakukan disela-sela tanaman padi, atau memisahkan beberapa
meter lahan padi. Kalau untuk kacang hijau atau kacang kedelai ditanam
ditanggul-tanggul sawah. Dengan demikian
lahan yang tidak luas, namun bisa dimanfaatkan untuk menanam berbagai
tanaman.
·
Pengelolaan tanah dan air
Air sangat penting didalam budidaya padi. Pengaturan air
secara intermitten membantu tanaman padi lebih kokoh dan mengefesienkan
penggunaan air. Air adalah penyimpan panas. Bila ada air, periode embun menjadi
lebih lama. Pengembunan (kondensasi) terjadi bila perubahan suhu tanah dari
panas menjadi dingin, dan air menjaga suhu tanah tetap stabil. Pada saat tanam,
uasahakan air didalam petak sawah macak-macak, ini membantu mengurangi
terjadinya serangan keong emas.
Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna dengan
menggunakan traktor, yaitu bajak satu kali kemudian digaru dan diratakan.
Pengolahan tanah diusahakan sampai berlumpur dan rata
yang dimaksudkan untuk menyediakan media pertumbuhan yang baik bagi tanaman
padi sekaligus mengendalikan/mematikan
gulma. Pengolahan tanah yang sempurna
dicirikan oleh perbandingan lumpur dan air 1 : 1.
·
Pemupukan berimbang sesuai rekomendasi
Pemberian pupuk
organic, N, P dan K yang berimbang, selain meningkatkan produksi juga menekan
keparahan penyakit bercak daun Cercospora dan bercak coklat Helminthosporium
oryzae. Pemberian pupuk yang berimbang
akan membuat tanaman sehat sehingga tahan terhadap serangan hama. Penggunaan
pupuk yang berlebihan bukan membuat bagus pertumbuhan, tetapi malah membuat
sistem ketahanan tubuh tanaman menjadi lemah dan akibatnya akan sangat rentan
terhadap serangan hama. Seperti manusia yang berlebihan makan akan membuat
tubuh lemah. Meskipun kelihatan gemuk dan subur bukan berarti tubuhnya sehat,
tetapi malah tubuh menjadi berat, sulit untuk bergerak dan akibatnya
penyakitpun akan datang menyerang.
Selain adanya
pengendalian seperti yang diuraikan di atas ada juga beberapa inovasi yang
telah berkembang dalam usaha perlindungan tanaman khususnya pada aspek budidaya
pada tanaman padi, yaitu :
1. Pengggunaan jaring
Penggunaan jaring ini
berfungsi untuk mengantisipasi adanya serangan hama pada tanaman padi saat
pembibitan. Jaring ini dipasang dengan menutupi seluruh bibit tanaman padi.
Penggunaan jaring ini dapat juga digunakan untuk tanaman padi yang sudah
dewasa, akan tetapi apabila digunakan untuk tanaman padi yang sudah dewasa kurang
efektif dalam budidayanya sehingga dapat mempengaruhi produksinya.
2. Jarak tanam jajar
legowo
Suatu
bentuk cara tanam atau sistem tanam yang sudah diatur, atau dengan kata lain cara tanam padi
sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris
kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris
tengah.Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan
dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe
lainnya.Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan
berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan
bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi
yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Menggunakan
jarak tanam lebar dan sistem legowo 2 : 1 membuat tanaman dapat memanfaatkan
sinar matahari lebih efektif dan mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi
yang pada gilirannya dapat mencegah hama berkembang biak.
3. Penggunaan pagar plastic dengan perangkap tikus
Periode persemaian. Pada daerah endemik tikus, persemaian
padi agar dilindungi pagar pelastik dan dipasang dua bubu perangkap untuk
persemaian berukuran 10 m x 10 m. Pada musim kemarau disarankan dipasang bubu
perangkap (Trap Barrier System = TBS) ukuran 15 m x 15 m untuk setiap 15 ha
ditetapkan di dekat habitat utama tikus dan dilakukan pengambilan tangkapan
tikus setiap hari sampai panen.
Assalamualaqumm. . Pengen nanya ni gan. . Kalau penjelasan praktek mengenai perlindungan tanaman yg baik dan benar gimana untk semua tanaman seperti yg dijelaskan diatas apa ada cara yg lain, kalau ada mohon penjelasanya Wasalamm. . .
BalasHapus